SUARAANAKKOLONG.CO.ID Pontianak – Di tengah kemajuan teknologi dan ledakan informasi, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun di balik manfaatnya, platform digital ini juga membawa dampak serius terhadap kesehatan mental, terutama pada generasi muda.
Penulis dan pemerhati sosial Muhammad Dhanas Amarizar menyampaikan bahwa media sosial dapat melemahkan mental jika digunakan secara berlebihan atau tanpa kesadaran. Dalam refleksinya, ia menyebut bahwa banyak orang tanpa sadar sedang mencari validasi dan pengakuan diri melalui jumlah like, komentar, atau followers.
“Kita terlalu sering membandingkan hidup kita dengan potongan terbaik hidup orang lain di media sosial. Akibatnya, kita merasa tidak cukup, minder, bahkan kehilangan arah,” tulisnya.
Perbandingan Sosial Jadi Pemicu Rasa Minder
Salah satu dampak yang paling umum dari penggunaan media sosial adalah perbandingan sosial yang berlebihan. Pengguna sering kali membandingkan kehidupannya yang penuh perjuangan dengan tampilan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna.
“Padahal yang ditampilkan di media sosial hanyalah potongan yang sudah diedit, bukan realitas utuh. Ini membuat banyak orang merasa hidupnya gagal, padahal sebenarnya mereka hanya kurang beristirahat dari layar,” tambah Dhanas.
Ketergantungan pada Validasi Eksternal
Fenomena ketergantungan pada validasi eksternal juga menjadi sorotan. Media sosial menciptakan sistem penghargaan instan, di mana pengguna merasa berharga hanya jika mendapat banyak tanggapan positif. Namun saat respons minim, kepercayaan diri pun ikut turun.
FOMO dan Overload Informasi
Istilah FOMO (Fear of Missing Out) juga kerap menghantui pengguna, yaitu rasa takut tertinggal atau tidak relevan jika tidak terus mengikuti aktivitas digital orang lain. Hal ini diperparah dengan banyaknya informasi negatif, hoaks, serta komentar jahat (cyberbullying) yang kerap kali tidak disaring dengan bijak.
Kehilangan Hubungan Nyata
Dhanas juga menyoroti bagaimana media sosial menyebabkan hilangnya koneksi sosial yang nyata. “Kita punya ribuan teman di dunia maya, tapi kesepian di dunia nyata. Interaksi digital tak akan pernah menggantikan tatapan tulus dan pelukan hangat,” tulisnya.
Filter dan Distorsi Citra Diri
Tak kalah penting, media sosial juga menciptakan standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis. Banyak remaja dan dewasa muda merasa tidak cukup cantik, tidak cukup sukses, bahkan tidak cukup berharga jika tidak memenuhi standar visual yang ditampilkan di platform digital.
Tips Penguatan Mental
Sebagai penutup, Dhanas mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Beberapa tips yang ia sampaikan antara lain:
- Batasi waktu layar setiap hari
- Ikuti akun-akun yang memberi inspirasi dan edukasi
- Jangan ragu untuk berhenti sejenak dari medsos
- Bangun relasi nyata di dunia nyata
- Sadari bahwa nilai diri tidak diukur dari jumlah views atau like
“Menjadi kuat bukan berarti selalu terlihat kuat. Kadang kekuatan justru muncul saat kita berani berkata: aku butuh jeda, aku ingin sembuh, aku ingin hidup untuk diriku, bukan untuk like mereka,” tutupnya.
Media Suara Anak Kolong
Sumber/Penulis: Muhammad Dhanas Amarizar
Editor: Amarizar.MD
Red. Aulia








